Ilmu Akidah itu susah, oleh sebab itu sedikit yang benar-benar ahli dalam bidang itu. Ya, walaupun lulusan pesantren sekalipun itu tidak bisa menjamin bahwa ia benar-benar menguasainya. Karena sulit untuk dipahami, mungkin para pendahulu menyederhanakan pemahaman akan akidah itu dengan penjelasan-penjelasan yang lebih mudah diterima oleh masyarakat yang menjadi objek dakwah saat itu.
Sebagai contoh dalam eksistensi malaikat yang bernama Raqib dan Atid. Rasanya, pandangan masyarakat pada umumnya menganggap eksistensi malaikat yang memiliki nama "Raqib" dan "Atid" benar-benar nyata. Nyatanya, tidak ditemukan satupun dalil yang menyebut Raqib maupun Atid itu nyata, sebagai sebuah nama.
Adapun dalil yang menyinggung masalah ini adalah surat Qaf: 16-18:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهٖ نَفْسُهٗ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيْدِ ١٦ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ ١٧ مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ ١٨
(16) Dan sungguh, Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya. (17) (Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya), yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri. (18) Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).
Dari ayat diatas ada ketidaktepatan akan pemahaman mengenai eksistensi Raqib maupun Atid. Sering penulis dengar bahwa Raqib merupakan nama dari malaikat yang bertugas mencatat amal baik manusia dan Atid untuk amal buruk. Tetntunya pandangan ini kurang tepat.
Sekilas, bisa kita ketahui bahwa susunan lafadz (رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ) merupakan susunan na'at-man'ut bukan ma'tuf-ma'tuf alaihi. Secara sederhana, hal ini mengunjukkan kesatuan eksistensi antara Raqib dan Atid. Kesatuan eksistensi ini tentunya mempunyai mafhum mukhalafah bahwa Raqib dan Atid bukanlah eksistensi yang berbeda.
Lalu siapa -atau lebih tepatnya apa- itu Raqib dan Atid? Keduanya bukanlah nama bagi malaikat, melainkan sifat yang melekat pada malaikat pencatat amal yang berada disamping dari manusia. Eksistensi Raqib dan Atid ada sebagai sifat, namun tidak sebagai nama.
Raqib sendiri memiliki banyak tafsiran, seperti yang disampaikan oleh al-Qurthubi: penyerta perbuatan, penjaga serta saksi. Sementara itu, sifat Atid dimakai sebagai yang nyata atau yang penjaga yang sigap.
Tafsiran senada yang menyatakan Raqib dan Atid sebagai suatu sifat yang dimiliki oleh malaikat penyerta manusia juga ada dalam tafsir karya az-Zuhaili, at-Thobari dan tafsir-tafsir lainnya.
Walhasil, Raqib dan Atid harusnya tidak dimaknai sebagai nama dari kedua malaikat pencatat amal manusia, melainkan kedua sifat yang ada pada malaikat penyerta manusia.
Sekian.
(Ilham Murtadlo Chaidary)
Refrensi:
Tafsir al-Munir (Wahbah az-Zuhaili)
ما يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ أي ما يتكلم ابن آدم من كلمة إلا ولها من يرقبها، وهو حاضر معدّ لذلك، يكتبها، لا يترك كلمة ولا حركة، كما قال تعالى: وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحافِظِينَ. كِراماً كاتِبِينَ. يَعْلَمُونَ ما تَفْعَلُونَ والرقيب: المتبع للأمور، والحافظ لها، والعتيد: الحاضر الذي لا يغيب والمهيأ للحفظ والشهادة
Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an (ath-Thobari)
وقوله (مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ) يقول تعالى ذكره: ما يلفظ الإنسان من قول فيتكلم به، إلا عندما يلفظ به من قول رقيب عَتيد، يعني حافظ يحفظه، عتيد مُعَدُّ.
وبنحو الذي قلنا في ذلك قال أهل التأويل
...
al-Jami' li Ahkam al-Qur'an (al-Qurthubi):
قوله تعالى: (ما يلفظ من قول إلا لديه رقيب عتيد) أي ما يتكلم بشيء إلا كتب عليه، مأخوذ من لفظ الطعام وهو إخراجه من الفم. وفي الرقيب ثلاثة أوجه: أحدها أنه المتبع للأمور. الثاني أنه الحافظ، قاله السدي. الثالث أنه الشاهد، قاله الضحاك. وفي العتيد وجهان: أحدهما أنه الحاضر الذي لا يغيب. الثاني أنه الحافظ المعد إما للحفظ وإما للشهادة. قال الجوهري: العتيد الشيء الحاضر المهيأ، وقد عتده تعتيدا وأعتده إعتادا أي أعده ليوم، ومنه قوله تعالى: (وأعتدت لهن متكأ) «1» وفرس عتد وعتد بفتح التاء وكسرها المعد للجري. قلت وكله يرجع إلى معنى الحضور