Asy-Syafii dan Fatwanya atas Nyanyian

Dalam kajian fikih, pertanyaan seputar hukum nyanyian sering kali menjadi perdebatan yang berlarut-larut. Sebagian pengikut madhab Syafi'i terkesan menggunakan pola pikir yang pendek dalam menyikapi hal ini. Hal itu berkenaan dengan  mudahnya memberikan label "wahabi" pada mereka yang mengharamkan nyanyian.

Mungkin pemberian label itu diberikan oleh pengikut madhab Syafi'i yang sangat awam terhadap pemikiran madhab sehingga hal-hal konyol seperti itu sering terjadi. Mungkin kedinamisan bermadhab saat ini menjadi salah sato faktor pemicu hal tersebut.

Atau mereka sebenarnya tidak bermadhab?

Kalau boleh sedikit jujur, keharaman bernyanyi sering kita temui dalam banyak kitab Syafi'iyah. Narasi yang dikembangkan kadang berbarengan dengan haramnya memainkan alat musik, atau khamr. Kadang kala keharaman itu muncul sebagai narasi tersendiri dalam literatur.




Sebagai contoh beberapa teks yang berasal dari asy-Syafi'i yang ada pada al-Um menunjukkan kerasnya asy-Syafi'i dalam menyikapi para penyanyi:

"Tidak diterima persaksian dari lelaki atau wanita yang berprofesi sebagai penyanyi, sebab bernyanyi adalah hiburan yang dibenci. Para penyanyi juga layak disamakan dengan orang idiot dan orang yang tidak memiliki wibawa."

Lebih lanjut, beliau mengatakan:

"Sama halnya dengan orang yang suka mengunjungi tempat nyanyian (karaoke) atau orang yang penyanyi akrab dengannya. Apabila hal itu dilakukan secara terus menerus dan dengan terang-terangan, maka dia menempati posisi sebagai orang idiot yang tertolak persaksiannya."

Narasi ini harusnya akrab dengan apa yang kita lakukan saat ini. Pergi ke konser, karaoke atau kafe yang menyediakan live music. Mungkin member dari sebuah fandom juga termasuk dalam orang-orang yang telah disebutkan oleh asy-Syafii tadi, entah itu Fosha, Blink, Bunnies ataupun yang lainnya.

Walhasil. bukankah aneh ketika sebagian teman kita yang mengaku sebagai madhab asy-Syafi'i menuduh mereka yang mengharamkan nyanyian sebagai pengikut pemikiran takfiri dengan dibumbui slogan bodoh dari kaum "slengekan", "Doalnmu kurang adoh, kopimu kurang kentel, turumu kurang bengi."

Ironi, bukan?

Ya walaupun keharaman bernyanyi masih bisa dikritisi dan fatwa asy-Syafi'i juga memiliki perincian. 

Oh ya satu lagi; itu tadi semua hanya seputar bernyanyi tanpa diiringi alat musik. Hukumnya malah lebih parah ketika ada alat musik disana.






(Ilham Murtadlo Chaidary)







Refrensi:

al-Um (Muhammad bin Idris asy-Syafi'i)

فِي الرَّجُلِ يُغَنِّي فَيَتَّخِذُ الْغِنَاءَ صِنَاعَتَهُ يُؤْتَى عَلَيْهِ وَيَأْتِي لَهُ، وَيَكُونُ مَنْسُوبًا إلَيْهِ مَشْهُورًا بِهِ مَعْرُوفًا، وَالْمَرْأَةُ، لَا تَجُوزُ شَهَادَةُ وَاحِدٍ مِنْهُمَا؛ وَذَلِكَ أَنَّهُ مِنْ اللَّهْوِ الْمَكْرُوهِ الَّذِي يُشْبِهُ الْبَاطِلَ، وَأَنَّ مَنْ صَنَعَ هَذَا كَانَ مَنْسُوبًا إلَى السَّفَهِ وَسُقَاطَة الْمُرُوءَةِ، وَمَنْ رَضِيَ بِهَذَا لِنَفْسِهِ كَانَ مُسْتَخِفًّا، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُحَرَّمًا بَيِّنَ التَّحْرِيمِ، وَلَوْ كَانَ لَا يَنْسُبُ نَفْسَهُ إلَيْهِ، وَكَانَ إنَّمَا يُعْرَفُ بِأَنَّهُ يَطْرَبُ فِي الْحَالِ فَيَتَرَنَّمُ فِيهَا، وَلَا يَأْتِي لِذَلِكَ، وَلَا يُؤْتَى عَلَيْهِ، وَلَا يَرْضَى بِهِ لَمْ يُسْقِطْ هَذَا شَهَادَتَهُ، وَكَذَلِكَ الْمَرْأَةُ

فِي الرَّجُلِ يَتَّخِذُ الْغُلَامَ وَالْجَارِيَةَ الْمُغَنِّيَيْنِ وَكَانَ يَجْمَعُ عَلَيْهِمَا، وَيَغْشَى لِذَلِكَ فَهَذَا سَفَهٌ تُرَدُّ بِهِ شَهَادَتُهُ، وَهُوَ فِي الْجَارِيَةِ أَكْثَرُ مِنْ قِبَلِ أَنَّ فِيهِ سَفَهًا وَدِيَاثَةً، وَإِنْ كَانَ لَا يَجْمَعُ عَلَيْهِمَا وَلَا يَغْشَى لَهُمَا كَرِهْت ذَلِكَ لَهُ، وَلَمْ يَكُنْ فِيهِ مَا تُرَدُّ بِهِ شَهَادَتُهُ

وَهَكَذَا الرَّجُلُ يَغْشَى بُيُوتَ الْغِنَاءِ، وَيَغْشَاهُ الْمُغَنُّونَ إنْ كَانَ لِذَلِكَ مُدْمِنًا، وَكَانَ لِذَلِكَ مُسْتَعْلِنًا عَلَيْهِ مَشْهُودًا عَلَيْهِ فَهِيَ بِمَنْزِلَةِ سَفَهٍ تُرَدُّ بِهَا شَهَادَتُهُ. وَإِنْ كَانَ ذَلِكَ يَقِلُّ مِنْهُ لَمْ تُرَدَّ بِهِ شَهَادَتُهُ لِمَا وَصَفْت مِنْ أَنَّ ذَلِكَ لَيْسَ بِحَرَامٍ بَيِّنٍ

Previous
Next Post »