Mengupas Kehalalan Lemak Babi dalam Pandangan adz-Dzahiri

al-Qur'an mengatakan:

اِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيْرِ وَمَآ اُهِلَّ بِهٖ لِغَيْرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنِ اضْطُرَّ غَيْرَ بَاغٍ وَّلَا عَادٍ فَلَآ اِثْمَ عَلَيْهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

"Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."

Dalam pandangan Dawud adz-Dzohiri, lafadz لحم الخنزير (daging babi), hanya mencakup dagingnya saja, tidak lebih dari itu. Hal ini mengindikasikan apa-apa yang selain dari daging maka boleh untuk dikonsumsi. Hal ini sesuai dengan apa yang terekam oleh al-Mawardi dalam an-Nukat wa al-Uyun. 

Dalam al-Hawi al-Kabir, al-Mawardi juga secara jelas menyebut langsung lemak babi (شحم الخنزير) sebagai sesuatu yang boleh untuk dikonsumsi. Pengakuan yang dibawa oleh al-Mawardi tentunya mampu untuk membatalkan klaim ijma' atas haramnya lemak babi yang telah msyhur, meskipun hal itu hanya berasal dari pendapat seorang Mujtahid saja.




Pernyataan adz-Dzohiri ini juga didukung oleh salah satu penerusnya, asy-Syaukani. Ia dalam Fath al-Qodir:

(atau daging babi) Dzohirnya hanya mengkhusukan daging, maka tidak haram memanfaatkan bagian dari babi selain dagingnya.

Tentunya beliau sangat berani menyatakan demikian, mengingat beliau juga menuliskan adanya klaim bahwa umat telah beriijma' atas keharaman seluruh bagiannya untuk dikonsumsi. 

Anehnya tidak semua kalangan dzhohiriyah menganggap keharaman babi hanya sebatas dagingnya saja. Ibn Hazm dalam al-Muhalla menyatakan bahwa baik daging, lemak, kulit, urat, tulang rawan, usus, otak, tulang, kepala, organ tubuh lainnya, susu, dan rambutnya, baik jantan maupun betina, kecil maupun besar, serta menggunakan rambut babi untuk manik-manik tidaklah halal

Mumet kan? Sama.

(Ilham Murtadlo Chaidary)




an-Nukat wa al-Uyun (al-Mawardi):

وَلَحْمَ الْخِنزِيرِ فيه قولان أحدهما : التحريم مقصور على لحمه دون غيره اقتصاراً على النص، وهذا قول داود بن علي والثاني : أن التحريم عام في جملة الخنزير، والنص على اللحم تنبيه على جميعه لأنه معظمه، وهذا قول الجمهور

al-Hawi al-Kabir (al-Mawardi):

حْمُ الْخِنْزِيرِ فِيهِ تَأْوِيلَانِ: أَحَدُهُمَا: أَنَّ التَّحْرِيمَ مَقْصُورٌ عَلَى لَحْمِهِ دُونَ شَحْمِهِ اقْتِصَارًا عَلَى النَّصِّ، وَهُوَ قَوْلُ دَاوُدَ. وَالثَّانِي: أَنَّ التَّحْرِيمَ عَامٌّ فِي جَمِيعِهِ، وَخُصَّ النَّصُّ بِاللَّحْمِ تَنْبِيهًا عَلَيْهِ؛ لِأَنَّهُ مُعْظَمُ مَقْصُودِهِ

Fath al-Qodir (asy-Syaukani):
 أو لحم خنزير) ظاهر تخصيص اللحم، أنه لا يحرم الانتفاع منه بما عدا اللحم)
....

أن المحرم إنما هو اللحم فقط. وقد أجمعت الأمة على تحريم شحمه كما حكاه القرطبي في تفسيره. وقد ذكر جماعة من أهل العلم أن اللحم يدخل تحته الشحم. وحكى القرطبي الإجماع أيضا على أن جملة الخنزير محرمة إلا الشعر فإنه تجوز الخرازة به

al-Muhalla (Ibn Hazm): قالَ أَبُو مُحَمَّدٍ: لاَ يَحِلُّ أَكْلُ شَيْءٍ مِنْ الْخِنْزِيرِ لاَ لَحْمِهِ وَلاَ شَحْمِهِ وَلاَ جِلْدِهِ وَلاَ عَصَبِهِ وَلاَ غُضْرُوفِهِ وَلاَ حَشْوَتِهِ وَلاَ مُخِّهِ وَلاَ عَظْمِهِ وَلاَ رَأْسِهِ وَلاَ أَطْرَافِهِ وَلاَ لَبَنِهِ وَلاَ شَعْرِهِ الذَّكَرُ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيرُ وَالْكَبِيرُ سَوَاءٌ، وَلاَ يَحِلُّ الْإِنْتِفَاعُ بِشَعْرِهِ  وَلاَ فِي غَيْرِهِ


Previous
Next Post »